PENEBUSAN KRISTUS yang SEMPURNA
Dalam membangun takaran iman, kita harus pastikan bahwa hidup kita terus terhubung dengan realita hadirat Tuhan, sebab inilah yang menjadi kunci bahkan intisari dari kehidupan kekristenan itu sendiri.
Jadi setiap kali kita berdoa, menyembah bahkan menjalani aktivitas sehari-hari, sudah sewajarnya kita selalu mendapati ada jamahan ilahi yang memberi kita kedamaian dan sukacita, bahkan mengubah kondisi keadaan hidup kita jadi semakin selaras denga firman-Nya!
Pada dasarnya, Tuhan sungguh mengasihi kita dan merindukan ada hubungan yang sehat dan kuat yang terbangun atau terjalin antara keberadaan kita dengan Dia. Sebab sekalipun Dia adalah Pencipta langit dan bumi, tapi Dia juga berkenan menyebut Diri-Nya sebagai Bapa, dan kita adalah anak-anak-Nya (Roma 8:14-17).
Jadi sudah sewajarnya, dengan iman oleh karena korban penebusan Kristus yang sempurna atas hidup kita, dengan keberanian dan penuh sukacita kita dapat mendekat atau menghampiri takhta kemuliaan-Nya.
Lewat korban Kristus telah diberikan kepada kita jalan masuk atau akses yang terbuka agar kita dapat bertemu muka dengan muka dengan keberadaan Bapa di Surga.
Analoginya seperti suatu tangga eskalator yang secara otomatis tangga tersebut akan menghantar kita ke lantai di atas tanpa kita perlu berusaha menaikinya, hanya dengan kita berdiri pada salah satu anak tangga tersebut. Demikian pula dengan cara kita menghampiri ruang takhta Bapa di Surga, cukup dengan iman kepada korban Kristus, maka Dia akan menghantarkan diri kita diperdamaikan dan dipertemukan kembali dengan Bapa di Surga.
Sebab Bapa tidak lagi memandang segala dosa dan kelemahan kita, melainkan korban Kristus yang sempurna. Dia tidak lagi mengingat-ingat kesalahan dan pelanggaran kita, tapi Dia rindu untuk kita mempersembahkan hidup kita untuk Dia dan bagi kemuliaan Kerajaan-Nya.
Lewat doa-doa yang kita naikkan ke hadirat Tuhan, akan terjadi interaksi yang intens sekaligus menjadi sarana untuk Tuhan mencurahkan segala dimensi rohani yang kita butuhkan dalam kehidupan sehari-hari kita sebagai wujud rahmat dan kasih karunia-Nya.
Tidak boleh ada lagi kehidupan rohani yang kosong, suam dan hambar. Setiap hari selalu ada semarak hadirat-Nya dalam kehidupan kita! Terjadilah!