3 PRINSIP MENGAMPUNI

Prinsip mengampuni merupakan hal yang sangat penting dan harus selalu diaplikasikan di dalam kehidupan kita sehari – hari. Sebab entah bagaimana kehidupan ini seolah menantang kita dengan memberikan orang – orang khusus sebagai ‘sparing partner’ (orang – orang yang sering menjengkelkan) untuk MELATIH HATI agar semakin MAHIR dalam hal mengampuni. Percayalah bahwa hal tersebut bukan kebetulan dan sesungguhnya bertujuan untuk mendatangkan kebaikan.

Roma 8:28 (TB) Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.

Pastikan saja hati kita berfokus dalam mengasihi Tuhan dan menyelesaikan rencana-Nya. Dengan demikian Roh Kudus akan melatih kita untuk semakin mahir dalam hal mengampuni dan melupakan kesalahan orang lain. Roh akan membuat kita sulit untuk ter-distract atau terganggu dengan konflik yang ada.

Ingatlah senantiasa ayat di bawah ini:

Roma 6:11 (TB) Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus.

Saat kita terus mendoakan ayat di atas, maka kita akan menikmati beberapa manfaat berikut ini:

Kita tidak mau ‘menyimpan sampah’ atau konflik di dalam batin.

Kita akan menolak tipu daya musuh yang ingin masuk ke dalam diri kita dengan memberikan anggapan bahwa kita BERHAK SAKIT HATI, MARAH, DENDAM, KECEWA terhadap tindakan orang lain. Ketahuilah bahwa kita tidak berhak, sebab kesalahan dan dosa kita telah diampuni oleh Tuhan melalui korban Kristus! Jadi saat kita hidup bagi Allah, bukan hal yang sulit untuk mengampuni orang lain. Itu sudah menjadi sifat kita sebagai anak – anak Allah yang sudah diberikan pengampunan sehingga dapat mengalirkan pengampunan.

Ketersinggungan merupakan DOSA!

Bahkan suasana hati yang negatif (marah, khawatir, kecewa) itu juga adalah DOSA (1 Yohanes 3:15). Jadi seharusnya tidak ada lagi perasaan – perasaan seperti itu, sebab sejatinya kita sudah mati bagi dosa. Bagaimana mungkin orang yang sudah mati bisa sakit hati? Tidak bisa! Seandainya kita bisa menyatu dengan kebenaran ini maka hidup kita sehari – hari akan bebas dari konflik batin dan suasana hati yang negatif.

Saat kita hidup hanya bagi Allah maka kita akan meresponi hal – hal yang sifatnya ilahi saja.

Kita akan menunjukkan keantusian dalam mengejar Tuhan, menggali kebenaran firman, dan menjadi pelaku kebenaran. Kita akan terus mendapati ada panggilan dari kekekalan untuk berinteraksi dengan keilahian Tuhan melalui hadirat-Nya dan firman-Nya.

Yohanes 4:14 (TB) tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.”

Yohanes 6:27, 35 (TB)
27 Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya.”
35 Kata Yesus kepada mereka: “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.

Matius 4:4 (TB) Tetapi Yesus menjawab: “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.”

Saya percaya, hidup kita adalah bait Allah, tempat Allah itu tinggal di dalam batin kita. Jadi mari kita pastikan bersama bahwa batin kita bersih dari segala bentuk konflik batin!

Ps. Steven Agustinus

Similar Posts

One Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *