KEHIDUPAN DI LUAR TUHAN

Jika kita memerhatikan kitab Kejadian 3:1-24, maka kita akan mendapati suatu kondisi kehidupan di luar Tuhan akibat interaksi dengan makhluk yang berada di alam roh (tentunya pekerjaan iblis):

1. Manusia terus hidup dalam peperangan yang tidak berkesudahan.

Kecenderungan hati manusia terus diarahkan oleh tipu daya iblis agar tidak hidup dari Firman yang keluar dari mulut Allah, melainkan dari perkataan yang dunia atau iblis sendiri katakan. Filosofi hidup dunia ini yang sangat bertentangan dengan kebenaran akan terus menjadi ‘tawaran’ yang memisahkan manusia dari realita Tuhan. Pergulatan batin ingin melakukan apa yang benar dan melakukan ‘perintah iblis’ seolah tidak pernah bisa lepas dari kehidupan manusia (Kejadian 3:1-6).

2. Manusia menggantikan kemuliaan Tuhan dengan menutupi diri menggunakan ‘karya – karyanya sendiri’ sebagai pengganti kepuasan batin akibat telah kehilangan realita Tuhan.

Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat.

3. Manusia terus hidup dalam ketakutan.

Entah bagaimana ada saja ketakutan – ketakutan yang menyelinap di dalam batin. Ketakutan dengan alasan apa pun sesungguhnya bukan berasal dari Tuhan. Ketakutan tidak ada di dalam dunianya Tuhan!

Ketika mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah di antara pohon-pohonan dalam taman. Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: “Di manakah engkau?” Ia menjawab: “Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi.”

Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua.”

4. Manusia terus hidup dalam perselisihan antara Tuhan, sesama, dan alam serta isinya (Kejadian 3:11-19)

Perselisihan, konflik, kerja keras ataupun hidup penuh air mata hanya untuk makan merupakan kehidupan yang dunia berikan. Itulah kehidupan di luar dunianya Tuhan. Saya belajar sesuatu bahwa betapa ‘rusaknya dosa dan menghancurkan manusia’ sehingga menganggap konflik serta perselisihan sebagai hal biasa.

Perhatikan hidup kita, dalam satu hari pasti ada saja konflik dengan sesama. Baik itu karena hal kecil sampai sesuatu yang besar. Ada saja berbagai perbedaan yang menyebabkan benturan sehingga hati bisa terluka. Selama kita masih menganggap perselisihan adalah hal yang wajar, maka sesungguhnya kita sedang terus hidup di luar dunianya Tuhan!

Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi?

Barometer atau ukuran mengenai kita sedang ada di dunianya Tuhan atau tidak, adalah: “Apakah setiap harinya masih ada konflik batin di dalam hidup kita? Jika iya, maka sesungguhnya kita sedang ada di luar dunianya Tuhan!”

Sekarang waktunya kita kembali harmoni dengan Tuhan, dengan cara:

a) Terus mengingat korban Kristus yang telah mengampuni kita. Kita telah diberi pengampunan maka sudah sewajarnya kita punya kemampuan untuk mengampuni atau memiliki kuasa untuk membebaskan diri dari jerat perselisihan.

b) Terus hidup dari Firman yang keluar dari mulut Allah (percaya dan taat).

Saya percaya, dari dua hal di atas akan membuat kita kembali menikmati surga di bumi ini (Eden). Amin terjadilah di dalam nama Yesus.

Ps. Steven Agustinus

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *